Gambar 2.37 menggambarkan prinsip dari sinyal-tracing pada suatu penguat sederhana.Generator sinyal dengan hambatan dalam RG memberikan sinyal input pada penguat, dan dapat dilihat apakah penguat akan menguatkan sinyal DC, audio, video atau IF. Amplitudo dari sinyal input yang terukur pada Vi ketika diukur pada impedansi input R1. Output dari penguat terukur oleh Vo ketika diukur pada beban resistor RL
- Dengan membandingkan pembacaan Vi dan Vo, kita dapat menentukan penguatannya. Metoda ini disebut juga Metoda Input- Output / Metoda Output-Input.
- Dengan merubah amplitudo keluaran dari generator sinyal, kita dapat melihat apakah penguat linear didaerah sinyal input.
- Dengan variasi impedansi beban RL, kita dapat melihat apakah penguatan linear terhadap perubahan beban.
- Dengan merubah frekuensi generator sinyal, kita dapat menentukan respon frekuensi dari penguat.
Dengan pengaturan yang sederhana ini, karakteristik yang penting dari penguat dapat diukur dengan sistem signal-tracing, pada amplitudo dan frekuensi, dari input ke output penguat.

Pada beberapa peralatan elektronik, pemberian sinyal dari luar ini tidak selalu diperlukan, terutama bila sinyal yang seharusnya ada pada peralatan tersebut dapat dengan mudah diketahui. Metode ini disebut dengan metode signaltracing pasif. Misalnya: memeriksa sebuah catu daya seperti Gambar 2.38 berikut ini:
- Tegangan jala-jala diukur dengan voltmeter AC pada stop kontak dinding, pada sekring, dan pada saklar. Bila ada tegangan AC 220 V pada ujung primer transformator, maka da-pat dipastikan, bahwa plug, kabel, sekring dan saklar dalam kondisi baik.
- Sinyal AC pada sekunder trafo dapat diukur pada masing-masing sisi (sekunder trafo ada CT) terhadap ground. Bila ada tegangan pada sekunder trafo yang besarnya sesuai, maka dapat dipastikan bahwa trafo dalam keadaan baik.
- Selanjutnya, gunakan saklar meter pada skala DC. Ukur tegangan pada C1 dan pada C2. bila tidak ada tegangan DC pada C1 maupun C2 berarti kapasitor tersebut terhubung singkat. Bila lilitan L terbuka, maka hanya ada tegangan DC pada C1, tetapi tak ada pada C2. Bila C1 dan C2 terbuka (putus), atau bila penyearah CR1 dan CR2 terbuka, atau keduanya terhubung-singkat, maka tegangan DC yang terukur tidak benar. Dalam kondisi seperti itu, perlu dilakukan pengukran resistansi untuk memastikan komponen yang rusak.
- Cara kedua merupakan kebalikan dari cara pertama, yakni dimulai dari pengukuran tegangan DC pada kapasitor C2, dilanjutkan dengan pengukuran tegangan DC pada kapasitor C1 dst. Hasilnya sama saja karena pengukuran hanya menggunakan voltmeter saja.
Contoh berikut ini sebuah radio FM yang blok diagramnya ditunjukkan pada Gambar 2.39 tidak bekerja. Pemeriksaan catu daya dan tegangan pada kondisi statis rangkaian telah dilakukan. Kerusakan ada di daerah antara antenna dan penguat audio. Pada metoda pasif, sinyal normal dianggap telah ada atau diketahui. Akan tetapi, karena antenna dan tuning (yang dianggap dapat memberikan sinyal normal ke sistem) berada di dalam sistem itu sendiri, maka harus diberikan sinyal dari luar sebagai sinyal normal dan menggunakan speaker sebagai indikator sinyal. Cara ini disebut metoda signal-tracing aktif atau injeksi sinyal.
Cara pertama:
- Generator sinyal dihubungkan ke tuner RF, dan antena dilepas; generator sinyal dan tuner diatur pada frekuensi yang sama. Bila tidak terdengar sesuatu apapun di loudspeaker, pindahkan generator sinyal pada titik A. ubah frekuensi sinyal generator pada frekuensi 10.7 MHz (Standar untuk radio FM). Bila sekarang terdengar suara (tone dari sinyal generator), ini berarti kerusakan ada pada bagian RF tuner.
- Bila tidak terdengar sesuatu, pindahkan sinyal generator pada keluaran penguat tengah (IF amplifier), yakni pada titik B. Pada titik ini, amplitudo sinyal generator harus dinaikkan untuk mengkompensasi penguatan dari penguat tengah.
- Di titik C, sinyal normal berupa sinyal audio. Karena itu, sinyal generator yang dimasukkan melalui titik ini harus pada frekuensi audio.
- Pada titik D sinyal generator seharusnya cukup kuat untuk menggerakkan loudspeaker. Loudspeaker dapat diuji dengan memeriksa tegangan pada driver amplifier dan menguranginya sesaat dengan resistor yang sesuai antara tegangan dan ground. Hal ini harus menghasilkan suara klik pada loudspeaker.
Cara kedua:
Pemeriksaan dilakukan dari speaker menuju ke tuner. Untuk menentukan apakah mengguna-kan cara pertama atau kedua dapat dilakukan pemeriksaan awal. Misalnya, dengan menghubung-singkat masukan kepenguat audio dengan ground, dengan menggunakan obeng atau ujung klip. Hal ini harus menghasilkan bunyi klik pada loudspeaker, bila loudspeaker dan penguat audio bekerja dengan baik.
Bila tidak terdengar suara, maka cara kedua merupakan pilihan terbaik, karena kerusakan pasti ada di antara loudspeaker dan penguat audio.
Bila terdengar bunyi klik, anda masih dapat meneruskan pemeriksaan dengan cara kedua mulai titik C, atau dengan cara pertama, karena keduanya mempunyai peluang kecepatan pemeriksaan yang sama.
KESIMPULAN:
Metoda signal-tracing memerlukan sinyal masukan pada daerah yang dicurigai dan dapat diukur keluarannya dengan teliti. Signal-tracing selalu memerlukan sedikitnya satu peralatan test dan pada umumnya dua.