Apa yang tidak kita sadari adalah ternyata dari kebiasaan dan pola pikir yang positif membuat mereka begitu mudah sukses di kelas. Bukan hanya beberapa, melainkan akumulasi dari banyak kebiasaan positif mereka sehingga menghasilkan kinerja akademik tingkat tinggi.
1. Mereka tidak selalu mengerjakan semua PR
Di perguruan tinggi, umumnya, PR merupakan sumber nilai terkecil bagi mahasiswa yaitu berkisar 5-20%, namun menghabiskan sebagian besar waktu mahasiswa. Betul, bekerja dengan masalah merupakan salah satu jalan terbaik untuk mengubah konsep baru menimba ilmu pengetahuan, namun kebanyakan masalah-masalah besar yang pernah Anda lalui tidak pernah terlihat di lembar ujian Anda.
2. Mereka tidak pernah “membaca” buku teks
Manajemen waktu mereka adalah membaca buku merupakan metode efektif mereka untuk belajar materi baru, sedangkan mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk contoh soal, latihan soal, maupun studi kasus. Kadang Google, catatan kuliah maupun catatan tua, mereka gunakan untuk mendukung bahan belajar.
3. Google adalah segalanya
Konsep baru mereka adalah pergi ke Google untuk mencari penjelasan singkat. Kadang mereka berpikir bahwa penjelasan di kelas sangat terbatas, tidak cukup mengandalkan dosen, modul, maupun contoh di papan tulis. Mereka tidak perlu cemas karena memiliki mesin pencari gratis, sehingga memanfaatkannya dengan maksimal.
4. Mereka sering menguji kemampuan mereka sendiri
Pengujian diri memperkuat koneksi otak mereka terhadap materi baru, sehingga mereka tau apakah diri mereka “paham atau tidak”. Intinya, sesering mungkin menguji diri, secarasigni+kan dapat meningkatkan retesi jangka panjang terhadap materi baru.
5. Mereka belajar dalam waktu singkat, bukan model maraton atau SKS (Sistem Kebut Semalam)
Belajar dalam waktu singkat cenderung membantu Anda untuk fokus. Hal ini sangat cocok dengan penelitian ultradian Rhythm, dimana siklus aktivitas alami atau sisa tubuh kita yang membuat belajar secara terus-menerus berjam-jam pada akhirnya malah kotraproduktif.
6. Mereka mewarisi kemampuan Engineering
Ya, mereka mewarisi kemampuan engineering, yaitu memecahkan masalah baru yang tidak ada kemiripan dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Pelajar pada umumnyamemecahkan masalah berdasarkan serangkaian langkah-langkah seperti memecahkan masalah kalkulus. Seperti halnya memahami derivatif sehingga mereka mengambil turunan dari fungsi kompleks, tahu kapan harus menggunakan aturan raitai vs aturan produk, dll. Maslahnya dengan hanya mengikuti langkah-langkah yang disediakan profesor, atau uraian buku, maka mereka hanya mencapai pengetahuan masalah tingkat permukaannya saja. Berbeda dengan Pelajar Top, mereka mengambil masalah lalu memecahkannya, setelah itu mereka bekerja mundur, dimulai dari sebuah solusi menuju ke susunan pertanyaan-pertanyaan “mengapa?”
- Mengapa bisa mendapatkan nilai ini?
- Mengapa mereka menyederhanakan ungkapan ini?
- Mengapa mereka menggunakan jenis aturan turunan?
Dengan mengikuti proses ini, Anda mulai memahami interkoneksi dari konsep, dan tau alasan diterapkan kepada suatu masalah. Ini adalah konsep “working knowledge” atau kunci menyelesaikan masalah maupun ujian, terutama pada masalah yang belum pernah Anda temui sebelumnya.
7. Mereka tidak memiliki stabilo
Highlighting anytihing (menandai sesuatu yang dianggap penting). Atau akan lebih baik lagi jika meringkas dengan catatan sendiri dan gaya bahasa sendiri.Rutinitas seorang top performer terlihat dalam bidang apapun, ditandai oleh jam kerja mereka intensif (4-6 jam per hari), secara signi+kan diikuti jumlah jam berkualitas (9 jam per malam).
8. Mereka berusaha melakukan yang terbaik di kuliahnya
Siswa terbaik menyikapi kebosanan di kelasnya dengan cara seperti ini: Aku akan ada di sana, tidak peduli apa yang terjadi, yang terpenting adalah menggunakan waktu sebaik mungkin, yaitu mengajukan banyak pertanyaan fundamentals, membawa catatan, dan fokus pada masalah dan praktek penting, mengantisipasi pertanyaan apa yang akan dilontarkan oleh profesor, memetakan topik paling potensial sebagai ujian. Semua hal ini membuat waktu Anda menjadi lebih produktif dan menarik.
9. Mereka banyak belajar
Karena banyak belajar adalah metode paling ampuh untuk membangun kerangka kerja di dalam otak, sehingga saat dihadapkan dengan kasus, ujian, maupun PR, mereka tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk memecahkannya.
10. Mereka segera mempelajari kesalahan ujian mereka
Pada umumnya, saat siswa mendapatkan nilai jelek, mereka hanya bolak-balik mencari kesalahan profesor dan berdebat, pada akhirnya mereka tidak pernah saling bertemu lagi hingga waktunya tiba yaitu Semester Akhir.Sebaliknya, Siswa Top mengabaikan apa yang telah menjadi haknya, dan menggunakan kesalahan mereka sebagai indikator apa yang harus diperbaiki.
11. Mereka membuat panduan belajar mereka sendiri
Siswa Top tidak hanya menggunakan panduan belajar dari guru mereka, tapi juga membuat panduan belajar untuk dirinya sendiri.
12. Mereka menggunakan aturan 80/20
Siswa Top mengidenti+kasi 20% konsep yang perlu mereka pelajari secara mendalam, untuk menentukan 80% dari nilai akhir mereka.
13. Mereka tidak mengeluh
Mengeluh hanya membuang-buang waktu dan energi. Jika sesuatu menyebalkan, mereka hanya mengubahnya menjadi lebih menarik atua mengabaikannya.
14. Mereka “learn by doing”
Subjek teknis dapat diinternalisasikan melalui praktek. Sama halnya belajar bahasa baru, dari tidak bisa menjadi fasih dikarenakan secara berulang diimplementasikan dalam kebiasaan. Aljabar dan kalkulus menjadi makanannya sehari-hari, sehingga mereka tahu kapan dan bagaiman pengetahuan mereka harus diterapkan.
15. Mereka mengambil tanggung jawab pribadi untuk belajar
Para siswa top mengerti bahwa mereka belajar adalah tanggung jawab mereka sendiri, jadi tidak perlu menunggu disuapi oleh dosen mereka, bagi mereka mengerjakan PR saja belum cukup. Mereka selalu berkomitmen untuk bisa berhasil di akademis.