Perkembangan internet yang semakin pesat, menyebabkan penggunaan IP semakin banyak, dan jumlah IP yang tersedia semakin lama semakin habis. Selain itu untuk pengaturan jaringan juga semakin besar karena jaringannya yang semakin besar. Untuk itu perlu dilakukan "pengecilan" jaringan yaitu dengan cara membuat subnet (subneting).
Sehingga bentuk dasar dari IP berubah dengan pertambahan subnetwork atau nomer subnet, menjadi;
<nomer jaringan><nomer subnet><nomer host>
Jaringan bisa dibagi menjadi beberapa jaringan kecil dengan membagi IP address dengan pembaginya yang disebut sebagai subnetmask atau biasa disebut netmask. Netmask memiliki format sama seperti IP address.
Contoh penggunaan subnetmask:
- Dengan menggunakan subnetmask 255.255.255.0, artinya jaringan kita mempunyai 28-2 (254) jumlah host.
- Dengan menggunakan subnetmask 255.255.255.240, artinya pada kolom terakhir pada subnet tersebut 240 bila dirubah menjadi biner menjadi 11110000. Bit 0 menandakan jumlah host kita, yaitu 24-2 (14) host.
1. Tipe dari subneting
Ada 2 tipe subneting yaitu static subneting dan variable length subneting.
1.1. Static subneting
Subneting yang digunakan hanya memperhatikan dari kelas dari IP address. Contoh untuk jaringan kelas C yang hanya memiliki 4 host digunakan subneting 255.255.255.0. Dalam hal penggunaan ini akan memudahkan karena apabila ada penambahan host tidak perlu lagi merubah subnetmask, tetapi akan melakukan pemborosan sebanyak 250 alamat IP.
1.2. Variable Length Subneting Mask (VLSM)
Subneting yang digunakan berdasarkan jumlah host. Sehingga akan semakin banyak jaringan yang bisa dipisahkan.
1.3. Gabungan antara static subneting dan variable length subneting
Penggunaan subneting biasanya menggunakan static subneting. Tetapi karena suatu keperluan sebagian kecil jaringan tersebut menggunakan variable length subneting. Sehingga diperlukan router untuk menggabungkan kedua jaringan tersebut.
2. Cara perhitungan subnet
2.1. Menggunakan static subneting
Suatu jaringan menggunakan kelas A, menggunakan IP 10.252.102.23.
00001010 11111100 01100110 00010111 Alamat 32 bit
10 252 102 23 Alamat desimal
Artinya 10 sebagai alamat network dan 252.102.23 sebagai alamat host.
Kemudian administrator menentukan bahwa bit 8 sampe dengan bit ke 24 merupakan alamat subnet. Artinya menggunakan subnetmask 255.255.255.0 (11111111 11111111 11111111 00000000 dalam notasi bit). Dengan aturan bit 0 dan 1 maka jaringan tersebut memiliki 216-2 (65534) subnet dengan masing-masing subnet memiliki jumlah host maksimum sebanyak 282 (254).
2.2. Menggunakan variable length subneting
Suatu jaringan menggunakan kelas C, dengan IP address 165.214.32.0. Jaringan tersebut ingin membagi jaringannya menjadi 5 subnet dengan rincian :
- Subnet #1 : 50 host
- Subnet #2 : 50 host
- Subnet #3 : 50 host
- Subnet #4 : 30 host
- Subnet #5 : 30 host.
Hal ini tidak bisa dicapai dengan menggunakan static subneting. Untuk contoh ini, apabila menggunakan subneting 255.255.255.192 maka hanya akan terdapat 4 subnet dengan masing-masing subnet memiliki 64 host, yang dibutuhkan 5 subnet. Apabila menggunakan subnet 255.255.255.224, memang bisa memiliki sampe 8 subnet tetapi tiap subnetnya hanya memiliki jumlah host maksimal 32 host, padahal yang diinginkan ada beberapa subnet dengan 50 host.
Solusinya adalah dengan membagi subnet menjadi 4 subnet dengan menggunakan subnetmask 255.255.255.192 dan subnet yang terakhir dibagi lagi dengan menggunakan subnetmask 255.255.255.224. Sehingga akan didapatkan 5 subnet, dengan subnet pertama sampe ketiga bisa mendapatkan maksimal 64 host dan subnet ke empat dan kelima memiliki 32 host.