Sebelum dilakukan pelacakan kerusakan suatu penguat khususnya penguat stereo, maka harus diketahui terlebih dahulu pengukuran-pengukuran apa saja yang harus dilakukan untuk mengetahui spesifikasi sebuah penguat audio. Spesifikasi yang harus diukur pada sebuah penguat adalah:
1. Pengukuran Penguatan
Secara blok rangkaian pengukuran ditunjukkan pada gambar 6.35. Seandainya diperlukan penguatan tegangan pada penguat dengan frekuensi 1 KHz. Mula-mula generator sinyal dipasang untuk memberikan output, katakanlah 500 mV pada 1 KHz ,dengan attenuator yang telah dikontakkan (switched) pada nol dB. Sinyal ini pada input penguat (titik A), disambungkan pada input Y dari oscilloscope dan pengontrolan oscilloscope diatur sehingga gambarnya muncul pada bagian layar yang tersedia.

Gambar 6.35: Pengukuran Penguatan Tegangan pada Sebuah Rangkaian Penguat
Kabel oscilloscope kemudian dipasang ke output penguat (titik B) dan kemudian attenuator dinaikkan sampai output mempunyai tinggi (puncak) yang sama dengan pengukuran pertama. Penguatan amplifier sekarang sama dengan penggunaan attenuator yang telah dipasang. Keuntungan dari metode ini ialah bahwa pengukuran tidak tergantung pada ketelitian oscilloscope.
2. Pengukuran frekuensi respons dan Band Width
Dengan tetap memakai seperangkat alat seperti dalam gambar 6.35. dapat diperoleh penguatan amplifier pada setiap frekuensi. Penguatannya digambarkan terhadap frekuensi pada kertas grafik linier/log, untuk amplifier audio diperlukan 4 siklus log akan menjangkau batas frekuensi 10 Hz sampai dengan 100 kHz dapat ditentukan secara cepat dengan mencatat 2 frekuensi bandwidth, dimana penguatan turun sebesar 3dB dari penguatan frekuensi tengahnya.
3. Pengukuran Impedansi Input
Rangkaian untuk pengukuran impedansi input diberikan pada gambar 6.36, dengan memberikan sinyal generator pada 1 KHz. Tahanan disetel nol dan output amplifier dihubungkan pada alat pengukur, yaitu oscilloscope atau meter ac. Pengaturan dapat dilakukan sehingga penyimpangan yang besar dapat dilihat.
Tahanan ( resistance ) dari decade box kemudian di setel makin besar sampai sinyal output turun secara pasti yaitu menjadi setengahnya. Selama kotak tahanan (variabel) dan impedansi input dari amplifier membentuk pembagi tegangan, kalau outputnya setengahnya, maka tahanan pada box sama dengan tahanan input.

Gambar 6.36: Pengukuran Impedansi Input dari Penquat Tegangan Audio
4. Pengukuran Impedansi Output
Rangkaian yang digunakan untuk pengukuran ini ditunjukkan pada gambar 6.37 dengan bagian depan seperti Gambar 6.33 tanpa diberi tahanan box.

Gambar 6.37: Pengukuran Impedansi Output dari Penguat Tegangan Audio
Teknik pengukurannya sama dengan teknik pengukuran impedansi input. Frekuensi sinyal yang digunakan 1 KHz dan pertama-tama RL dilepas dan suatu simpangan (defleksi) yang besar teramati pada osiloskop. Kemudian beban luar RL dipasang dan nilai beban tersebut diturunkan hingga output turun mencapai setengah kali nilai awal. Nilai RL pada saat itu sama dengan nilai tahanan output (resistansi output).
5. Pengukuran Output daya, efisiensi dan sensitivitas untuk sebuah audio amplifier
Untuk pengukuran-pengukuran ini loudspeaker dapat diganti dengan sebuah tahanan wire-wound sebagai beban yang nilainya sama dengan impedansi loudspeaker, dan pengetesan-pengetesan dapat dilakukan pada frekuensi dimana impedansi loudspeaker umumnya bersifat resistif, misalnya kira-kira 1 kHz.
Diagram untuk pengukuran ditunjukkan pada gambar 6.38. Nilai watt dari beban tahanan harus lebih besar dari daya maksimum output. Tegangan input dapat diatur sampai sinyal output pada osiloskop menunjukkan level maksimum tanpa distorsi.

Gambar 6.38: Pengukuran Daya Output, Efisiensi dan Sensitivitas dari Sebuah Penguat Output Audio
Hal ini terjadi dimana tidak ada yang terpotong dari sinyal input positif dan sinyal input negatif. Biasanya jika distorsi meter tersedia, maka pengecekan yang lebih teliti untuk mengetahui level-level distorsi dapat dilaksanakan. Kemudian daya output maksimum harus direkam tanpa melampaui nilai distorsi harmonik yang telah ditentukan oleh pembuat amplifier.

Efisiensi amplifier dapat dicek dengan pengukuran daya d.c. yang diambil oleh amplifier dari supply.

Sensitivitas amplifier adalah besarnya tegangan input yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya output maksimum tanpa distorsi.